Kembali pada Keluarga
Acara Syukuran |
Pak Maman, sapaan kami para mahasiswa baru. Mahasiswa yang harap-harap cemas menanti mata kuliah pertama jenjang sarjana.
Kebetulan Dasar-dasar Ilmu Sejarah adalah mata kuliah pertama dalam minggu pertama menjadi mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Mulanya, beliau masuk kelas dengan bersemangat seraya mengucapkan salam. Tersenyum sesaat dan kemudian mengapresiasi atas kehadiran kami yang terlebih dulu. "Kalian berbeda, saya terkesan dengan kalian". Seketika bunga bersemi di hati kami masing-masing. Kesan pertama selalu terkenang.
"Kalian boleh mengkritik saya, pedas pun tak masalah", katanya lugas. Kami kaget tidak percaya. Rendah hati. Darinya, kami belajar bahwa dosen dan mahasiswa sama-sama menjadi subjek dari belajar. Tak ada dominasi, tak ada yang lebih. Dari beliau, kami belajar bahwa tidak ada satu arah dalam pembelajaran.
Gaya beliau dalam memfasilitasi kami belajar dengan metode ceramah. Kami merasa tenang karena tidak berbeda dengan masa SMA yang baru saja berlalu. Meskipun, porsi 3 SKS berat pada awalnya. Kami pun terbiasa.
Paruh semester selanjutnya, masih semester satu. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Kami dilepas dan dipercayakan menjadi seorang fasilitator terbaik sesuai dengan kemampuan kami. Bagaimanapun hasilnya, bagi beliau yang terpenting proses. Kami juga belajar pada saat itu, belajar percaya dan mempercayakan kepada teman yang bertugas berprestasi.
Kami meyakini bahwa sepanjang karir nya, beliau sepenuh hati mendidik kami. Memikirkan kami serta mendoakan kebaikan bagi diri kami.
Beliau dosen yang berusaha aktif. Tercatat beliau pernah sekali alpa karena sakit sedang mendera. Selain itu, beliau masuk dan tepat waktu. Kami--dengan segenap kemalasan-- juga tidak mau kalah dalam urusan tepat waktu dengan beliau.
Pertemuan terakhir (23/12) |
Sesekali beberapa orang di antara kami ada yang terlambat. Beliau tetap mempersilakan masuk dan sesekali bertanya alasan keterlambatan.
Kami belum pernah mendapati beliau marah, sabar kemudian menjadi pelajaran yang dapat kami ambil dari beliau.
Beliau mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk kami. Karena kami, mungkin di saat sebelum pukul tujuh beliau sudah harus ke kampus meninggalkan sesaat bercengkrama pagi dengan keluarga.
Masa-masa yang telah beliau berikan kepada kami sekarang sudah selesai. Selanjutnya, beliau bisa --tidak hanya menghabiskan-- menghidupkan waktu lebih banyak dengan keluarga dan beristirahat di kala senja.
Kami sadari betul bahwa mungkin waktu, tenaga, dan pikiran yang dulu ada buat kami, sekarang sudah tidak. Akan tetapi, rasanya kami percaya bahwa beliau akan membersamai kami dalam doa-doanya juga sujud-sujud panjangnya. Beliau tak akan pernah lupa.
Semoga bapak beserta keluarga tetap dalam naungan rahman dan rahim Allah.
Salam hangat kami untuk keluarga di rumah.
Tertanda,
Kelas A SKI 2016
0 komentar: